Sabtu, 22 Januari 2011

tata cara taaruf

oleh HATI Muhasabah pada 16 Januari 2011 jam 8:57

Ruangan itu hanya disekat dengan pembatas seadanya. Kain panjang bak gorden memisahkan mereka. Si akhwat nan cantik dan lembut di sisi satunya, dan sang ikhwan yang bersahaja di sisi yang lain.
Ta’aruf pertama
Ikhwan : Assalamualaikum…
Akhwat : Waalaikum salam…
Ikhwan : Boleh tahu nama lengkapnya?
Akhwat : Saya Nuruliyah Hemawati
Ikhwan : Saya Abidin Zaelani, biasa dipanggil Abid.
Akhwat : Panggil saya, Nurul saja…
Ikhwan : Usia Nurul berapa ya? Kalau saya 25 Tahun, bekerja sebagai guru SMP Negeri.
Akhwat : Saya 22 Tahun, bekerja sebagai salah satu staff di TK.
Ikhwan : Boleh tahu kriteria suami yang diinginkan?
…..
Dan pembicaraan pun berlanjut seputar masalah tersebut, saling bergantian menanyakan dan mendengarkan alasan masing-masing.
Sang perantara : Ok. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan. Kalau begitu, acara disudahi sampai disini. Silahkan melaksanakan sholat istiqarah untuk meminta petunjuk.
Acarapun selesai. Ikhwan pulang melalui pintu yang berbeda dengan si Akhwat.

Ta’aruf kedua
Setelah melaksanakan sholat istiqarah, sepertinya kedua belah pihak mendapatkan kemantapan untuk melanjutkan pada tahap yang selanjutnya, yaitu Nadhor.
Tabir pembatas ruangan antara mereka berdua akan disingkap. Untuk memberi waktu kepada kedua belah pihak melihat wajah masing-masing.
Detik-detik yang menegangkan…
Tabir pun dibuka secara perlahan. Ikhwan dan Akhwat saling bertatapan sesaat, sementara sang perantara menghitung sampai dengan hitungan ke 5, dengan jarak hitungan sekitar satu detik. Dan tabirpun ditutup kembali.
Terlalu cepat? Tentu saja tidak… karena jika terlalu lama, dikhawatirkan pandangan yang kesekian adalah nafsu.
Ta’aruf ketiga
Sang Ikhwan berkunjung ke rumah pihak perempuan untuk berkenalan dengan keluarganya. Dan sang Akhwat hanya bisa mendengarkan pembicaraan sang Ikhwan dari ruangan lain. Mendengarkan setiap pertanyaan orang tuannya yang dijawab dengan penuh sopan oleh sang Ikhwan.
Ta’aruf ke empat
Khitbah. Atau lamaran. Sang Ikhwan sekeluarga datang ke rumah Si Akhwat dengan membawa buah tangan sepantasnya seorang laki-laki melamar perempuan.
Dan tanggal pernikahanpun telah ditentukan.
Mereka berdua tinggal menunggu acara walimahan yang akan menandakan sahnya hubungan mereka berdua sebagai sepasang suami-istri.
Semua proses tersebut hanya ditempuh dalam waktu yang tidak lebih dari dua bulan, dimana dalam setiap jeda selalu diselipi dengan sholat istiqarah untuk memantapkan langkah menuju ke jenjang selanjutnya.
Tak ada keraguan sedkitpun tergambar dalam wajah masing-masing dari mereka. Memutuskan menikah untuk menyempurnakan ibadah dengan orang yang hanya dikenal dalam tempo sesaat, dijalani dengan penuh keiklasan dan keyakinan tentang sebuah niat baik yang akan berakhir dengan baik pula.
Perjodohan yang indah…

0 komentar:

Posting Komentar