Sabtu, 22 Januari 2011

Mencari Pendamping yang Sholih

oleh Mimbar Dakwah Islam pada 21 Januari 2011 jam 15:10

Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُ وَلاَ تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلاَ تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

"dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang senantiasa menyeru Robb mereka pagi dan petang dengan mengharapkan wajahNya dan janganlah palingkan kedua matamu dari mereka karena berharap perhiasan kehidupan dunia dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatiNya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsunya, sementara urusan mereka sia-sia." (QS.Al Kahfi : 28)

Al Alamah Asy Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa'dy rohimahulloh berkata :

"dalam ayat ini didapati perintah untuk bergaul dengan orang-orang yang baik dan berusaha untuk tetap bersama mereka serta bergaul dengan mereka meski mereka adalah orang-orang yang fakir, karena bergaul bersama mereka membuahkan faidah yang tidak terhitung banyaknya." (Taisirul Karimir Rohman, hal. 475)

Demikianlah Alloh Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hambaNya agar selalu bersama orang-orang yang beriman dan senantiasa kembali kepada Alloh Azza wa Jalla, serta menjauhi orang-orang yang lalai dari mengingat Alloh Azza wa Jalla sehingga Alloh Azza wa Jalla menghukum mereka dengan dilupakan dari mengingatNya.

Alloh Azza wa Jalla melarang hamba-hambaNya mentaati orang seperti ini, karena akan menggiring mereka untuk menirunya.

Demikian juga Rosululloh Shollallohu alaihi wa sallam memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan antara teman yang baik dan teman yang jelek. Beliau Shollallohu alaihi wa sallam berkata :

مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَل...ِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيْرِ الْحَدَّادِ: لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيْهِ أَوْ تَجِدَ رِيْحَهُ، وَكِيْرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَيْتَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً

"permisalan teman duduk yang sholih dan teman duduk yang jelek seperti penjual misik (minyak wangi) dan pandai besi, tidaklah lepas dirimu dari penjual misik, bisa jadi engkau membeli darinya atau pun engkau mendapati bau harumnya, sementara pandai besi, bisa jadi dia membakar rumah atau bajumu atau engkau dapati bau yang tidak sedap darinya." (HR. Al Bukhori 2101 dan Muslim 2628)

Pada perkataan Rosululloh Shollallohu alaihi wa Sallam ini terkandung keutamaan duduk bersama orang-orang yang sholih yang memiliki kebaikan, muru'ah, akhlak yang mulia, waro', ilmu serta adab.

Juga terkandung larangan duduk bersama orang-orang yang jelek, ahlul bid'ah, orang yang suka menggunjing orang lain, atau sering melakukan perbuatan fajir, banyak menganggur, dan berbagai macam perbuatan tercela lainnya. (Syarh Shohih Muslim, 16/177)

Pada perkataan Rosululloh Shollallohu alaihi wa Sallam yang di dalamnya terkandung larangan duduk bersama orang yang dapat mengakibatkan kerugian pada agama maupun dunia serta anjuran untuk duduk bersama orang yang dapat diambil manfaatnya bagi agama dan dunia. (lihat fathul bari 4/410)

Oleh karena itul hendaknya orang tua harus menyadari betapa pentingnya perhatian mereka terhadap anak-anaknya, lebih khusus anak wanitanya untuk memilihkan pendamping yang sholih meski mereka ini faqir, hal yang wajib bagi orang tua atau wali yang menghendaki keselamatan anak-anaknya.

Ambillah ibroh wahai orang-orang yang mencari pendamping hidup dari kisah seorang tokoh tabi’in, Sa’id ibnul Musayyab rohimahulloh, yang menawarkan putrinya kepada muridnya, Abdulloh ibnu Abi Wada’ah rohimahulloh.

Abdulloh berkata :

"aku biasa duduk di majelis Sa’id ibnul Musayyab guna mendengarkan ilmu, akan tetapi dalam beberapa hari aku tidak hadir dari majelisnya, hingga Sa’id merasa kehilangan diriku. Hingga suatu hari ketika aku menemuinya, ia bertanya, "dari mana engkau?" "Istriku meninggal dunia sehingga aku tersibukkan dengannya," jawabku. “Kenapa engkau tidak memberitahukan kepadaku hingga kami bisa menghadiri jenasahnya?" tanya Sa’id.

Setelah beberapa lama berada dalam majelis, aku ingin bangkit untuk pulang. Namun Sa’id menodongku dengan pertanyaan, "Apakah engkau ingin mencari istri yang baru?"

"semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala merahmatimu. Siapa yang mau menikahkan aku... dengan wanitanya, sementara aku tidak memiliki apa-apa kecuali uang sebesar dua atau tiga dirham ?” jawabku. “Aku orangnya,” kata Sa’id. “Engkau ingin melakukannya?” tanyaku “Iya,” jawab Sa’id.

ia pun memuji Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan bersholawat kepada Nabi Shollallohu 'alaihi wa sallam, kemudian menikahkan aku dengan putrinya dengan mahar sebesar dua atau tiga dirham. Setelahnya aku bangkit untuk kembali pulang dalam keadaan aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat karena bahagianya. Aku kembali ke rumahku dan mulailah aku berpikir hingga tiba waktu maghrib. Usai mengerjakan sholat maghrib, aku kembali ke rumahku. Kuhidupkan pelita. Ketika itu aku sedang puasa, maka aku persiapkan makan malamku berupa roti dan minyak untuk berbuka. Tiba-tiba pintu rumahku diketuk. “Siapa?” tanyaku. “Sa’id,” jawab si pengetuk.

aku pun berpikir siapa saja orang yang bernama Sa’id, tanpa terlintas di benakku tentang Sa’id ibnul Musayyab, karena telah lewat waktu 40 tahun ia tak pernah terlihat ke mana-mana kecuali di antara rumahnya dan masjid2. Aku pun keluar menemui si pengetuk dan ternyata ia adalah Sa’id ibnul Musayyab. Semula aku menyangka ia akan membatalkan pernikahanku dengan putrinya.

aku berkata, “Wahai Abu Muhammad ! Seandainya engkau mengutus seseorang untuk memanggilku niscaya aku akan mendatangimu.” “ tidak ! engkau lebih pantas untuk didatangi,” ujarnya. “Apa yang engkau perintahkan kepadaku?” tanyaku. “Engkau tadinya membujang lalu engkau menikah, maka aku tidak suka engkau melewati malam ini sendirian. Ini istrimu!” kata Sa’id menunjuk seorang wanita yang berdiri tersembunyi di belakangnya. Ia membawa wanita yang telah menjadi istriku itu ke pintuku lalu menutupnya. Aku pun masuk menemui istriku. Ternyata kudapati ia wanita yang sangat cantik dan paling hafal terhadap Kitabulloh, serta paling tahu tentang Sunnah Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam, dan tentunya paling mengerti tentang hak suami."

Demikian kisah Abdulloh ibnu Abi Wada’ah yang beruntung mempersunting putri Sa’id ibnul Musayyab yang sholihah, cantik lagi pandai. Padahal putri Sa’id ini pernah dipinang oleh Kholifah Abdul Malik bin Marwan untuk putranya, Al-Walid. Namun Sa’id enggan menikahkan putrinya dengan putra kholifah. Ia lebih memilih menawarkan putrinya kepada muridnya yang hidup penuh dengan kesederhanaan, namun memiliki ilmu dan kesholihan. (Siyar A’lamin Nubala' 4/233-234).

Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang tua atau siapa saja yang hendak berteman atau mencari pendamping hidup ataupun orang tua yang berkeinginan memberi pendidikan pada anak-anaknya.

Renungkanlah sebuah ucapan yang dkatakan oleh Amr bin Qois Al Mala'i rohimahullohu :

إِنَّ الشَّ...ابَّ لَيَنْشَأُ، فَإِنْ آثَرَ أَنْ يَجْلِسَ أَهْلَ العِلْمِ كَادَ أَنْ يَسْلَمَ، وَإِنْ مَالَ إِلَى غَيْرِهِمْ كَادَ أَنْ يَعْطَبَ

"sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh, maka apabila dia lebih mengutamakan untuk duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat, akan tetapi bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa." (Dinukil dari Lammud Durril Mantsur minal Qoulil Ma'tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar'i bi Qorinihi wa Mamsyahu 517).

wallohu a'lam bish showab

0 komentar:

Posting Komentar