Sabtu, 19 November 2011
Kisah Seorang Istri yang Sholehah
Oleh : Mimbar Dakwah Islam
Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia
Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen
untuk menikah. Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur
katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga
hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah… Sejak
awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan
mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti…
Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya
hamil muda. Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun
istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat
dari penyakit ginjal yang dideritanya. Satu bulan terakhir ini,
ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah.. Yaqin bilang,
kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang
dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus,
bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2
hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah. Namun
Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa
sembuh. Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit.
Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol.
Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit
lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah
dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh. oOo Suatu
ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi,
ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.”
Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai
panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.”
Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri
dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit
dideritanya… Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah
membaik dan diperbolehkan pulang. Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba
saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat
sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya
tergeletak di paving depan rumahnya. oOo “Bi, tolong antarkan Ummi ke
rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya… Yaqin mengeluh
karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai
deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat
penderitaan yang dialami istrinya selama ini. Sampai di rumah sakit,
ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang
Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter. “Bi, Ummi ingin sekali
baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan
Ummi hilang.” “Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping
menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan
berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya
Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah. Yaqin
menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu
melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan
sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari. “Bi, tadi malam Ummi
mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum.
Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu.
Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan” “Itu
tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri,
karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat
dicintainya itu. Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak
belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai
lebaran.” “Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya
singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok
baru nawarin baju sekarang. “Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan
baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat
Ummi.” “Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak
apa-apa kok Bi.” ”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??”
Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia
ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju
ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya. oOo
Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter
yang mengelilingi istrinya. “Ada apa dengan istriku??.” tanyanya
setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah
saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya. Akhirnya,
tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya.
Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya. Setelah
perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata
istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah
katapun dari bibirnya. “Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan
mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk
Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti
Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.” Tiba-tiba tubuh istrinya
mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di
telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki
istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak,
lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya
bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya,
dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya
tak mampu ia bendung lagi… Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan
semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus
administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang
tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah.
Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang
mengurus jenazah istrinya. “Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu.
Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami
semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah
kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak
ini.” “Subhanalloh…” Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri
Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian
ini mengingatkan pada suatu hadits “Sesungguhnya bila seorang yang
beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia
didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih
bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari
surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang
tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya
dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata:
“Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada
ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan
begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut
guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya.
Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat
yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak
membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat
segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain
kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian
ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang
paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat
akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu
melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan
bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun
menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya
yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil
dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah). “Sungguh sangat singkat
kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang
dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa
mengalir deras dari pipi Yaqin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar